Baptisan Air



PENTINGNYA BAPTISAN

“Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan.”(Markus 16:16a). Tuhan adalah setia pada perjanjianNya, dan baptisan merupakan salah satu cara Tuhan membangun ikatan dan membuat perjanjian dengan umatNya. Di masa Perjanjian Lama Ia mengikat perjanjian dengan manusia melalui sunat, sedangkan di masa Perjanjian Baru, saat dengan hadirnya Yesus ke dunia, Allah memeteraikan iman dan komitmen manusia kepada Dia melalui baptisan air.

YESUS MEMBERI TELADAN

Sebelum memulai pelayanan, Tuhan Yesus Kristus datang ke sungai Yordan untuk dibaptis. Yohanes Pembaptis merasa tersentak oleh kerendahan hatiNya dan berusaha mencegah niatNya, tapi Yesus menjawab: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” (Matius 3:15)
Melalui pernyataan Yesus tersebut Allah menetapkan sebuah standar bahwa baptisan air merupakan dasar kekristenan dalam penggenapan kehendak (versi bahasa Inggris: kebenaran) Allah. Sesudah Yesus dibaptis, terjadi tiga peristiwa:
-    Langit terbuka
-    Roh Kudus dalam rupa burung merpati turun ke atasNya
-    Terdengar suara dari langit: “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan” 

Ketiga peristiwa tersebut melambangkan tiga macam berkat bagi orang yang mau menerima dan melakukan baptisan air:
1.    Langit akan terbuka, artinya hubungan antara Allah dengan manusia yang hilang akibat dosa kini dipulihkan dalam Yesus Kristus. Maka sekarang Allah berkenan menemui kita dan memenuhkan semua kebutuhan anak-anakNya dengan kelimpahan surgawi
2.    Roh Kudus dicurahkan dan dipenuhkan. Sama seperti Yesus menerima kepenuhan Roh Kudus setelah baptisan air, maka seseorang yang mau taat untuk menerima baptisan air seperti yang dilakukan Yesus akan menerima kuasa yang sama yang diterima Tuhan Yesus dari Allah Bapa. “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.” (Galatia 3:27)
3.    Diangkat menjadi AnakNya. Setelah dibaptis, Bapa akan berkata kepada pribadi kita masing-masing: “Engkaulah anakKu yang Kukasihi dan Aku berkenan kepadamu”. Perkataan ini mendatangkan rasa aman seumur hidup karena kita tahu dan dapat merasakan betapa Bapa begitu mengasihi kita.
“Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya.” (Roma 6:5) Kematian yang dimaksud di sini bukan hanya kematian Tuhan Yesus di kayu salib tapi juga merujuk kematian yang disimbolkan melalui baptisan, seperti tertulis: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya?” (Roma 6:3)

Baptisan melambangkan penguburan

Tuhan tidak meminta kita untuk mati disalibkan seperti Yesus, karena ketika Ia berada di kayu salib Ia menanggung semua kesalahan, dosa dan kutuk yang seharusnya kita tanggung. Saat ini, karena Ia telah mengerjakannya secara sempurna di bukit Golgota, yang Ia inginkan ialah agar kita mengikuti teladan baptisanNya, yang setara dengan kematianNya di kayu salib, sebagai lambing bahwa kita meninggalkan seluruh sifat kedagingan kita untuk dikuburkan dalam-dalam.


Post a Comment

0 Comments