MENOLAK DIDIKAN TUHAN

 

MINGGU SORE 24 SEPTEMBER 2023 @ 18.00 WITA

PDT. PETRUS SETIAWAN

IBRANI 12:15-17

“Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata..”

 

Esau adalah contoh tokoh Alkitab yang tidak mau dididik oleh Tuhan. Tetapi di samping keburukannya itu, ia juga memliki sisi positif dalam dirinya. Bekerja sebagai pemburu, Esau termasuk pekerja keras dan tidak malas (Kejadian 25:27). Di dalam keluarganya, Esau merupakan seorang anak yang memiliki hubungan dekat dengan Ishak dan suka melayani (berburu dan memasakkan hasil buruannya) ayahnya itu.

Sayangnya, Esau bukan tipikal orang yang betah tinggal di rumah. Alih-alih menggunakan waktunya di rumah ia lebih suka pergi berburu. Dalam kehidupan orang percaya, orang yang terlalu sering mobiling dapat disetarakan dengan orang yang tidak tenang karena tidak memiliki mezbah (kehidupan doa) di rumah. Ia juga bukan orang yang pandai memilih pasangan hidup. Ketika ia dewasa Esau mengambil wanita-wanita yang tidak tepat menjadi isterinya yang hanya membawa kesusahan hati bagi orang tuanya (Kejadian 26:34-35).

Hal terburuk yang dilakukan oleh Esau dalam hidupnya ialah menukar hak kesulungannya demi makanan. Ini menunjukkan sikap tidak hormatnya pada Tuhan karena ia tidak memiliki kepekaan terhadap hal-hal yang rohani. Maka Esau layak disebut jatuh ke titik terendahnya dimana ia hidup dalam percabulan dan memiliki nafsu yang rendah. Merupakan pelajaran berharga bagi kita saat ini, bahwa kita harus memahami arti pentingnya hak kesulungan yang harus dipertahankan seperti yang tertulis di dalam surat Yakobus 1:17-18. Hak tersebut merupakan kasih karunia dari Allah yang diberikan-Nya bagi kita. Seharusnya kita menghargai kasih karunia dan berakar di dalam Kristus serta bertumbuh di dalam kasih karunia itu (2 Petrus 3:18). Tetapi sebaliknya orang yang menjauhi kasih karunia akan menghasilkan akar yang pahit.

Akar pahit adalah hidup dalam kebencian. Jika tidak segera diselesaikan kebencian akan menjalar pada kegaduhan bahkan perpecahan karena ada blok-blok atau kubu-kubu di dalam jemaat. Maka akar pahit akan berlanjut pada akar busuk yang ditandai dengan penolakan terhadap pengajaran (Yesaya 5:24). Akibatnya yang dicari dan disenangi bukanlah kebenaran Firman Tuhan melainkan yang memuaskan keinginan telinga. Ujung dari keberlangsungan semuanya itu adalah akar beracun, yaitu meninggalkan Tuhan dan menyembah pada allah lain (Ulangan 29:18).

Akhir dari kesalahan Esau ialah penyesalan. Bagaimana pun ia berusaha untuk memperbaikinya, sudah tidak ada lagi kesempatan yang tersedia baginya. Maka saat ini kita harus hidup sesuai dengan Firman Tuhan dan jangan mengikuti Esau agar tidak mengalami penyesalan yang sama. Gunakan waktu dengan bijak dan jalani hidup dengan cara yang benar seturut kehendak Allah.

 

LINK IBADAH SORE SELENGKAPNYA:

https://www.youtube.com/watch?v=DuYfY1pl8fU&t=1s


Post a Comment

0 Comments