IBADAH MINGGU PAGI ,10 SEPTEMBAR 2023
PDT. PETRUS SETIAWAN
IBRANI 12:1-4
Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada
kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng
didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena
Tuhan menghajar orang
yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya
sebagai anak."
Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan
kamu seperti
anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh
ayahnya? Tetapi,
jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita
setiap orang,
maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
Allah mendidik anak-anak-Nya melalui tiga
hal:
1.
FIRMAN
TUHAN
“Sebab firman
Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia
menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia
sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhlukpun yang
tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan
mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:12-13)
Firman Tuhan merupakan pengajaran. Dalam
sistem penggembalaan, Firman Tuhan merupakan bentuk didikan Tuhan baik kepada
jemaat dan juga kepada hamba Allah yang menyampaikannya. Apapun perkataan
Firman yang disampaikan dalam penggembalaan harus kita terima sebagai peringatan
Tuhan agar kita tetap berada pada jalur yang benar dan terhindar dari hal-hal
yang buruk. Jangan mengeraskan hati dan menolak didikan Tuhan seperti yang
dilakukan oleh bangsa Israel agar tidak mengalami murka-Nya (Ibrani 3:7-15).
Penting kita ketahui bahwa Firman Tuhan yang kita perlukan bukan hanya pesan-pesan yang menyenangkan dan membawa kita dalam kenyamanan. Di samping perkataan Firman yang lembut dan enak didengar kita juga membutuhkan Firman yang keras dan tajam untuk mendidik dan membentuk kekristenan kita menjadi seperti yang Tuhan inginkan.
2.
KEADAAN
Sebab kita yang
beriman, akan masuk ke tempat perhentian seperti yang Ia katakan:
"Sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat
perhentian-Ku," sekalipun pekerjaan-Nya sudah selesai sejak dunia
dijadikan. Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas:
"Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya." Dan
dalam nas itu kita baca: "Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” (Ibrani 4:3-5)
Arti Sabat dalam
Perjanjian Lama mengacu pada momen/waktu untuk beristirahat dari segala
pekerjaan yang sedang dilakukan. Ketika hari Sabat tiba maka semua orang Israel
wajib berhenti bekerja. Dalam Perjanjian Baru Yesus menjadikan makna Sabat jauh
melebihi dari itu. Bukan lagi manusia untuk Sabat melainkan Sabat untuk manusia
(Markus 2:27-28). Tuhan memberikan perhentian, ketenangan dan suasana damai
kepada orang-orang yang mau menerimanya.
Keadaan yang jauh
dari suasana tenang dan damai merupakan sebuah pertanda sedang berlangsungnya
didikan Tuhan. Biasanya ini terjadi pada orang-orang yang fokus hidupnya ada
pada dunia – seringkali digambarkan sebagai Mesir (Yesaya 19:14-15). Karena itu
kita harus peka dan memeriksa kondisi hidup kita masing-masing, apakah ada
Sabat, apakah kita dapat merasakan ketenangan dan kedamaian dari Tuhan, atau
justru hanya ada kekacauan. Jika kita sudah mengerti bahwa Tuhan sedang memakai
keadaan hidup kita untuk mendidik, maka kita harus meresponi dengan cepat dan
tepat. Bila tidak maka cara didikan yang ketiga akan berlaku.
3.
HUKUMAN
“Siapakah mereka
yang membangkitkan amarah Allah, sekalipun mereka mendengar suara-Nya? Bukankah
mereka semua yang keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa? Dan siapakah yang
Ia murkai empat puluh tahun lamanya? Bukankah mereka yang berbuat dosa dan yang
mayatnya bergelimpangan di padang gurun?” (Ibrani 3:16-17)
Hukuman bukanlah
hal yang Tuhan inginkan untuk diberikan kepada anak-anak-Nya, malahan Ia sebenarnya
merasa sedih jika harus menghukum kita, karenanya Ia menjadikannya langkah
terakhir untuk mendidik kita. Yang Ia inginkan adalah supaya kita peka terhadap
suara-Nya (Firman) dan keadaan yang terjadi di dalam kehidupan kita, tapi jika
kita tidak bisa memenuhinya maka Ia “terpaksa” menggunakan cara ketiga ini.
Jadi kalaupun Tuhan menghukum, tujuan-Nya bukanlah kematian melainkan
pertobatan (Yehezkiel 18:32; 33:11).
HASIL DIDIKAN
Memang
tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi
dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai
kepada mereka yang dilatih olehnya. (Ibrani 12:11)
Yang Tuhan
kehendaki dari kita yang telah menerima didikan-Nya dan mau dilatih oleh-Nya
ialah agar kita dapat menghasilkan buah kebenaran dan merasakan kedamaian.
LINK IBADAH
SELENGKAPNYA:
https://www.youtube.com/watch?v=VKjP7KjqgeI
0 Comments